-->

Iklan

Rumah Misterius Bertiang Satu di Enrekang

Senin, 10 Juli 2023, 1:35 PM WIB Last Updated 2024-02-24T05:35:36Z

BERITAWAJO.ID, ENREKANG – Gelap menyergap isi bangunan tak berpenghuni itu. Saya tiba di rumah itu kala matahari baru naik sepenggalah.

 LOKASI rumah bertiang satu jauh di tengah hutan Desa Limbuang, Kecamatan Maiwa, Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan. Di depan rumah bertiang satu, berdiri rumah lebih besar dengan 41 tiang. Penopang rumah itu memang hanya satu tiang. Letaknya di tengah rumah. Ukuran tiang 40 x 40 centimeter. Kayunya jenis gufasa (Vitex Cofassus). Masyarakat setempat menyebutnya kayu bitti. Ada tangga di depan, dengan tiang sendiri dan dapat terpisah dari badan rumah. Meski hanya memiliki satu tiang, tetapi rumah itu memiliki 12 kamar. Luas rumah sekira 6×6 meter. Rata-rata ukuran kamar 2×1 meter. Terbagi dua bagian. Keduanya dipisahkan lorong sempit selebar dua meter. Lokasinya yang berada di tengah hutan, membuat rumah diselimuti kesunyian. Daun-daun pohon lebih banyak merintangi upaya matahari membagikan sinarnya. Jika ingin menelisik isi rumah lebih jauh ke dalam, saya mesti menambahkan lampu dari gawai. Sorot cahaya itu langsung menimpa sebuah lemari rotan kecil di tengah ruangan. Sisa-sisa perlengkapan ritual juga tergeletak di sampingnya. Bertengger pula sebuah foto bertuliskan “Sultan Auliya Syekh Abd Qadir; Jaelani Penghulu Segala Wali Terbesar Seluruh Dunia”. “Itu kan nama ulama besar, salah satu sahabat Nabi,” serobot seorang teman, Ohe, yang langsung mengenali nama itu. Tak hanya rumah bertiang satu itu yang berada di tengah hutan Desa Limbuang. Tepat di hadapan rumah bertiang satu, bangunan serupa juga berdiri cukup kokoh.

Beratapkan rumbia, ditopang 41 tiang. Delapan tiang berjejer rapi di masing-masing kolom. Satu tiang yang berada di tengah menjadi penyempurna jumlah ke-41. Uniknya, ada 41 jendela mengelilingi dinding-dinding rumah. Seperti rumah bertiang satu, jumlah itu menjadi pertanda total kamar yang disediakan. Ketika dicek, rumah kosong melompong. Beberapa bagian bangunan juga lapuk lebih banyak. Atapnya sudah tak mampu lagi sekadar menopang curah hujan lebih banyak. Pijakan anak tangganya juga sudah keropos. Sekali injak, kayu berderak bakal menjadi pemecah kesunyian. Ada dua kelokan tangga. Namun totalnya juga tepat berjumlah 41 anak tangga. Jumlah itu serupa dengan rumah bertiang satu, yang juga memiliki 12 anak tangga, bersesesuaian jumlah kamarnya. Tak ada tanda-tanda kedua bangunan itu ditinggali masyarakat sekitar. Apalagi, jaraknya cukup jauh dari perkampungan warga. Butuh sekira 30 menit dari pusat desa untuk mencapai lokasi di antara rumpun pohon enau itu. Tentu saja, kaki harus melintasi sawah dan kebun-kebun warga. Pengetahuan tentang rumah itu sebenarnya bermula dari unggahan seorang pemuda di media sosial. Ia menyebutkan rumah itu sudah tak terurus lagi. Lapuk dimakan usia. Padahal, rumah unik itu bisa jadi merupakan peninggalan sejarah. Karena penasaran, kami mencoba menelusurinya. Tak ada yang warga yang tak mengenali rumah di tengah rimba itu. Hanya saja, mereka seolah enggan membagikan kisah di balik pembangunannya. Apalagi, rumah adat itu terlihat tak lazim dan bertolak belakang dengan pemahaman masyarakat.

Kepala Desa Limbuang, Muhammad Said, mengakui, rumah tersebut sudah tak pernah disentuh masyarakat sekitar. Pembangunannya bermula sejak satu dasawarsa lalu. Said menegaskan, rumah itu bukan peninggalan sejarah masa lampau atau leluhur To Manurung. “Rumah itu sebenarnya dibangun oleh salah seorang warga kami. Orangnya sudah tua dan tak pernah tinggal di sana. Dia membangunnya atas permintaan seseorang,” terang Said, yang dijumpai di rumahnya, Jumat, 12 Januari. Di balik keramahannya, Said tetap menyimpan sedikit rasa segan menceritakan segala hal tentang rumah misterius itu. Ia berterus terang, masyarakat nyaris berpolemik gara-gara rumah itu. Apalagi, ada pemahaman berbeda antara kebanyakan masyarakat dengan keputusan membangun rumah itu. Bahkan, rumah itu sempat diresmikan dengan acara Mappadendang dan memotong dua ekor sapi. “Rumah itu juga dibiarkan begitu, tidak dihancurkan, setelah dilarang pemerintah (kecamatan). (Pak Tua) yang bikin itu malah berkali-kali dipanggil sama koramil untuk mempertanggungjawabkan rumah itu,” lanjut lelaki yang sudah menjabat Kades dua periode ini. Ia nampak ragu-ragu membicarakan rumah tersebut. Masyarakat Limbuang memang jeri membicarakan rumah di tengah hutan itu. Tatapan curiga silih berganti menghujani kami yang pertama kali menanyakan lokasi rumah itu. Tak ada yang bersedia menjadi penunjuk jalan. Beruntung, kami bisa berjumpa Tajuddin yang sehari-harinya menyadap enau di sekitar bangunan itu. Ia dengan senang hati mengantar kami di sela-sela waktunya mengumpulkan hasil sadapan untuk dibuat gula merah.

Saya juga tak pernah masuk ke dalamnya. Kalau sekadar lewat, ya hampir setiap hari karena pekerjaan saya mengambil hasil sadapan. Memang, tak ada masyarakat ganggu-ganggu ini rumah,” tutur lelaki beranak empat ini. Ada semacam momok yang menggelayuti pikiran masyarakat. Hal itulah yang kemudian menjadi masalah berlarut-larut yang masih berselubung misteri. Sementara, kisah berdirinya rumah itu bermula dari mimpi aneh seorang satpam yang meninggalkan tempat bekerjanya di Kalimantan. Kami berkesempatan menjumpai lelaki yang kini menginjak usia 75 tahun itu. (bersambung)

Laporan  : IMAM RAHMANTO Kabupaten Enrekang, Sulsel  

Sumber : FAJAR.co.id  Senin 15 Februari 2018

Editor    : Edi zPrekendes

 

Komentar

Tampilkan

  • Rumah Misterius Bertiang Satu di Enrekang
  • 0

Terkini

Topik Populer