-->

Iklan

Mereka Pernah Tersenyum, Kini Dunia Menyembunyikan Mereka, Kisah Haru dari Tanjong Manik, Wajo

BERWA
Jumat, 30 Mei 2025, 8:42 PM WIB Last Updated 2025-05-30T12:42:45Z



BERITAWAJO.ID, TANASITOLO-- Di sebuah dusun kecil bernama Tanjong Manik, Desa Assorajang, Kecamatan Tanasitolo, Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan, tiga manusia hidup dalam bayang-bayang dunia yang nyaris tak peduli. Mase (43), putrinya Asmiranda (23), dan adik perempuannya, Gustina (35), tidak sedang memilih untuk diam. Mereka tak sedang berpaling dari kehidupan. Mereka hanya sakit. Dalam istilah medis: Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ). Tetapi dalam bahasa nurani, mereka adalah manusia yang sedang kehilangan kendali, bukan harga diri.


Sudah bertahun-tahun mereka hidup dalam kondisi memprihatinkan. Tubuh-tubuh yang mengurus. Pikiran yang berkelana entah ke mana. Rumah yang sunyi, jauh dari deru kendaraan, tapi juga jauh dari suara perhatian. Bahkan sesekali, rantai terpaksa digunakan untuk mencegah mereka melukai diri sendiri. Rantai yang bukan karena kekerasan, melainkan karena ketakberdayaan.


Kabar mereka akhirnya terdengar juga. Melalui unggahan warga di media sosial, kondisi ketiganya diviralkan. Tidak butuh waktu lama untuk simpati berdatangan. Beras, makanan, dan bantuan tunai tiba di dusun itu. Tapi seperti dua sisi mata uang, simpati juga membawa luka baru. Foto dan video mereka tersebar begitu saja. Wajah mereka, tubuh mereka, bahkan kondisi mereka yang terikat dalam rantai, terbuka lebar ke publik—tanpa sensor, tanpa pertimbangan, tanpa persetujuan.


Ketua Yayasan LAZ Wajo Berseri, Andi Mario, yang turut hadir langsung ke lokasi pada Jumat, 30 Mei 2025, menyampaikan bahwa pihaknya bersama Pemerintah Desa Assorajang dan Dinas Sosial Wajo akan segera merujuk ketiganya ke fasilitas kesehatan di Makassar. “Karena RSKD Dadi masih penuh, insyaallah mereka akan dialihkan ke RS Sayang Rakyat Makassar,” ujarnya. Ia juga menyampaikan permintaan dari pihak keluarga agar masyarakat, terutama warganet, menghentikan penyebaran foto dan video yang menunjukkan ketiganya dalam kondisi yang sangat tidak layak ditonton ulang, terutama jika suatu saat mereka berhasil pulih dan melihat kembali bagaimana dunia memperlakukan mereka saat mereka sedang tidak bisa membela diri.


Permintaan itu bukan sekadar soal privasi. Ini tentang martabat. Ini tentang menjaga sisa-sisa harga diri manusia yang selama ini sudah diremukkan oleh penyakit dan ditelantarkan oleh lingkungan.


Pemerintah Kabupaten Wajo, melalui Sekretaris Dinsos P2KB P3A, Warmansyah, menyatakan telah bergerak cepat untuk memastikan penanganan yang layak terhadap Mase, Asmiranda, dan Gustina. Mereka akan dikoordinasikan dengan rumah sakit rujukan di Makassar agar proses administrasi dan perawatan berjalan sesuai prosedur.


Di balik kasus ini, ada ironi yang tak bisa dielakkan. Kita hidup di zaman teknologi tinggi, ketika algoritma bisa mengenali wajah orang hanya dalam milidetik, tapi masih gagal mengenali penderitaan yang duduk di sudut rumah reot. Kita bicara tentang kesehatan mental di seminar dan diskusi-diskusi canggih, tapi nyatanya, di kampung-kampung seperti Tanjong Manik, gangguan jiwa masih ditangani dengan rantai dan isolasi.


Gangguan jiwa adalah masalah biologis dan psikososial yang kompleks. Ketika neurotransmiter seperti serotonin dan dopamin tak seimbang, persepsi terhadap kenyataan pun berubah. Tapi itu tidak menjadikan mereka berbeda. Mereka tetap manusia. Sama seperti kita yang bisa tertawa. Sama seperti kita yang butuh dipeluk. Bedanya, mereka lebih rapuh, dan dunia kadang terlalu keras untuk orang-orang seperti mereka.


Kini, harapan kecil mulai tumbuh. Mereka akan dibawa ke tempat yang lebih baik. Tempat yang bukan hanya memiliki dinding dan ranjang, tapi juga punya ruang empati. Di sana, mereka akan dipanggil dengan nama, bukan dengan ejekan. Di sana, mereka akan dianggap pasien, bukan beban. Di sana, mereka akan diberi hak untuk sembuh—dan mungkin, untuk tertawa lagi.


Karena sebelum menjadi ODGJ, mereka adalah anak-anak biasa. Bermain. Bercita-cita. Dan pernah, sesekali, tertawa lepas di halaman rumah. (*)


Editor : Edi Prekendes 



Komentar

Tampilkan

  • Mereka Pernah Tersenyum, Kini Dunia Menyembunyikan Mereka, Kisah Haru dari Tanjong Manik, Wajo
  • 0

Terkini

Topik Populer