Aku masih ingat, sayang,
tanganmu menggenggam jemariku erat
di hari kau berangkat
seragam hijau itu begitu gagah di tubuhmu
dan aku…
tersenyum sambil menyembunyikan gemetar di dadaku.
Kau bilang,
"Tunggu aku, sebentar saja…"
Ternyata, sebentar itu
hanya dua bulan
lalu Tuhan memanggilmu pulang
dengan tubuh penuh luka yang tak pernah kau ceritakan.
Lucky…
aku ingin marah pada dunia
tapi yang tersisa hanya tangis yang kering di pipi
dan rindu yang berdarah di hati.
Kau pergi, bukan di medan perang
bukan karena peluru atau ledakan
tapi karena tangan sesama
yang seharusnya jadi saudara.
Kini aku memeluk kenangan
mencium harum seragammu yang tersisa
berharap
ada keajaiban yang mengembalikan tawamu
walau aku tahu
tak ada jalan kembali.
Beristirahatlah, sayang
di tanah yang kau janjikan akan kembali padanya
aku akan terus mencintaimu
meski cinta ini kini
hanya bisa berbisik di antara batu nisan.