-->

Iklan

Jembatan Gantung Tanpa Sandaran, Warga Bertaruh Nyawa Demi Akses Hidup

BERWA
Senin, 30 Juni 2025, 11:55 PM WIB Last Updated 2025-06-30T17:44:00Z



BERITAWAJO.ID, SABBANGPARU  - Di tengah derasnya arus pembangunan nasional, sebuah jembatan gantung reyot di Desa Ujungpero, Kecamatan Sabbangparu, Kabupaten Wajo, menjadi simbol perjuangan masyarakat pinggiran. Jembatan yang seharusnya menjadi penghubung kemajuan justru kini menjadi tantangan harian yang penuh kecemasan.


Serka Haeruddin, Babinsa Desa Ujungpero Koramil 1406-08 Sabbangparu, angkat bicara soal kondisi jembatan gantung yang menghubungkan empat desa: Mallusesalo, Wage, Ujungpero, dan Bentenglompo. Menurutnya, jembatan tersebut sejatinya sudah tak layak pakai. Penyangga bagian bawah telah lepas, dan setiap kali dua atau tiga sepeda motor melintas bersamaan, struktur jembatan berguncang hebat.



“Saya sendiri melintasi jembatan itu tiap hari. Jangankan perempuan, kami laki-laki pun was-was. Tapi karena tidak ada akses lain, warga terpaksa lewat,” ungkap Serka Haeruddin dengan nada prihatin.


Kerusakan jembatan diperparah oleh banjir yang kerap melanda. Meski sempat didatangi tim SAR dan Brimob, belum ada tindakan lanjutan dari pemerintah. Tak ingin menunggu lebih lama, warga akhirnya memilih swadaya. Pada 12 Juni lalu, masyarakat dari dua desa—Ujungpero dan Wage—bergotong royong memperbaiki jembatan menggunakan material seadanya: balok kayu, paku, dan semen.


“Balok-balok yang digunakan dikenal masyarakat Bugis sebagai ‘parewa lepang’—balok darurat yang disambung untuk menopang bagian yang putus,” jelas Serka Haeruddin.


Harapan Tak Pernah Padam



Di sisi lain, Pemerintah Kabupaten Wajo mengakui adanya kendala anggaran dalam menangani infrastruktur desa. Ditemui saat menghadiri pesta panen raya, Bupati Wajo H. Andi Rosman menegaskan komitmennya untuk memperbaiki jembatan tersebut.


“Kita sedang berada di masa efisiensi anggaran. Tapi mudah-mudahan pada perubahan anggaran nanti, jembatan itu masuk dalam prioritas,” ujar Rosman.


Ia juga menambahkan bahwa saat ini fokus pembangunan difokuskan pada jalan penghubung antar kecamatan. Setelah infrastruktur utama ini terakomodir, maka pembangunan akan bergeser ke skala kebutuhan masyarakat seperti jembatan di perbatasan Ujungpero.


Simbol Ketahanan Masyarakat Desa


Lebih dari sekadar sarana fisik, jembatan gantung ini telah menjelma menjadi simbol ketahanan sosial masyarakat desa. Ketika negara belum mampu hadir secara penuh, warga tidak tinggal diam. Mereka memilih bergerak—bukan untuk menuntut, tapi untuk bertahan.


Jembatan itu kini berdiri bukan karena beton negara, tetapi karena semangat gotong royong yang tak lekang oleh waktu.


Editor : Edi Prekendes 


Komentar

Tampilkan

  • Jembatan Gantung Tanpa Sandaran, Warga Bertaruh Nyawa Demi Akses Hidup
  • 0

Terkini

Topik Populer