-->

Iklan

Untukmu, Sahabat yang Kini Siaran di Langit ke Tujuh, 73 Om Pandawa

BERWA
Senin, 23 Juni 2025, 10:23 AM WIB Last Updated 2025-06-23T04:33:32Z



BERITAWAJO.ID, TANASITOLO - Keheningan mendadak terasa di antara gelombang udara amatir. Biasanya ada sapaan hangat di frekuensi, suara yang disisipi canda, gaya bicara khas yang bisa langsung dikenali oleh mereka yang setia berjaga di udara. Tapi Sabtu itu, 21 Juni 2025, suara itu hilang — selamanya.


Badri, dengan call sign YD8ANJ yang juga dikenal dengan nama udara Pandawa Op, mengakhiri siarannya untuk selama-lamanya. Kabar duka menyebar cepat dari satu panggilan ke panggilan lain, dari station ke station — bukan lagi berita teknis atau pembukaan net, melainkan berita kehilangan.


Di rumah duka yang sederhana di Kelurahan Tancung, Kecamatan Tanasitolo, pelayat berdatangan. Mereka tak datang membawa mikrofon, melainkan doa. Tak ada alat ukur sinyal, yang ada hanyalah linangan air mata dan pelukan hangat untuk keluarga yang ditinggalkan.



"Dia itu bukan cuma operator, tapi sahabat, pelucu, dan penyejuk suasana,” kenang Mustajuddin YC8HNI alias Louhan Op, Ketua Bidang Organisasi Orari Lokal Wajo. Suaranya bergetar. "Kalau sedang on air, suasana pasti cair. Beliau itu bisa bikin semua tertawa, tapi juga cepat tanggap kalau ada yang butuh bantuan.”


Kehilangan ini bukan hanya dirasakan oleh keluarga dan tetangga, tapi komunitas amatir radio Lokal Wajo. Karena bagi mereka, Badri bukan sekadar penggiat radio — dia adalah jembatan. Sosok yang mampu menyambungkan bukan hanya frekuensi, tapi juga hati dan keakraban.


Teman-teman sekomunitas sepakat, tak akan ada yang bisa menggantikan Badri. Call sign bisa diwariskan, perangkat bisa ditukar, tapi kenangan tak tergantikan.



Kesan mendalam juga disampaikan oleh salah satu sahabat siaran almarhum, Edi Prekendes YD8CQP. Baginya, kepergian Badri bukan hanya kehilangan rekan siar, tapi juga kehilangan seorang saudara dalam gelombang yg selalu menghibur dengan lagunya.


“Kami kehilangan tawa khasnya. Setiap kali dia masuk frekuensi, suasana langsung hidup. Dan sekarang, frekuensi itu senyap — seakan ikut berduka. Selamat jalan, Pandawa Op. Di udara kita pernah terhubung, semoga di akhirat kelak kita bisa bersua kembali,” tutup Edi Prekendes dengan suara lirih, namun penuh rasa.


Editor : Edi Prekendes




Komentar

Tampilkan

  • Untukmu, Sahabat yang Kini Siaran di Langit ke Tujuh, 73 Om Pandawa
  • 0

Terkini

Topik Populer