-->

Iklan

Kampus Megah, Intelektualitas yang Rapuh

BERWA
Jumat, 05 September 2025, 5:16 PM WIB Last Updated 2025-09-05T09:16:17Z



BERITAWAJO.ID, MAKASSAR -  Di tengah kota Makassar, berdirilah sebuah kampus dengan arsitektur megah, bangunan yang seolah menjadi lambang kejayaan ilmu. Namun di balik dinding yang menjulang itu, suasana jauh dari kata “bermegah-megah” dalam belajar, berorganisasi, maupun berpendapat. Kemegahan hanya tampak pada fisik, bukan pada jiwa; hanya pada bangunan, bukan pada kebebasan.


Kampus, yang seharusnya menjadi rahim peradaban dan ladang subur bagi lahirnya gagasan, perlahan menjelma penjara yang membungkam. Ruang organisasi dibatasi, diskusi dan kajian intelektual dihapus seolah menjadi virus yang menakutkan. Akademia kehilangan denyutnya, hanya tersisa rutinitas kaku bernama absen dan presentasi kelompok yang miskin esensi.


Ironisnya, Badan Eksekutif Mahasiswa yang seharusnya menjadi lidah perlawanan justru kehilangan orientasi. Mereka bagai perahu tanpa kompas, terombang-ambing dalam arus birokrasi kampus, lupa bahwa sejarah mahasiswa adalah sejarah keberanian melawan ketidakadilan. Sementara itu, mahasiswa lain larut dalam apatisme: lebih nyaman menjadi penonton daripada pelaku, lebih rela menjadi angka dalam presensi daripada suara yang menuntut perubahan.


Lebih menyedihkan lagi, kualitas tenaga pengajar pun sering kali dipertanyakan. Alih-alih menginspirasi dan menyalakan api intelektual, banyak yang hanya hadir sebagai pengisi waktu, mengulang slide presentasi tahun lalu tanpa ruh dan arah. Pendidikan akhirnya kehilangan makna, tinggal kulit tanpa isi, sekadar prosedur administratif menuju ijazah.


Kampus yang represif bukan hanya merampas ruang mahasiswa, tetapi juga membunuh jiwa bangsa. Sebab, dari ruang-ruang diskusi yang dibungkam itulah seharusnya lahir pemikiran kritis, dari organisasi yang dipersempit itulah terbentuk kepemimpinan yang visioner. Jika semua itu dihapuskan, maka kampus hanya akan melahirkan generasi yang patuh, bukan generasi yang berpikir; generasi yang tunduk, bukan generasi yang berani.


Sudah saatnya kita bertanya: mau dibawa ke mana kampus ini? Apakah ia masih rahim peradaban, atau justru berubah menjadi kuburan intelektual?


Penulis : Fikri Haikal 

Editor   : Edi Prekendes 



Komentar

Tampilkan

  • Kampus Megah, Intelektualitas yang Rapuh
  • 0

Terkini

Topik Populer